Jumat, 12 Juli 2013

HANYA PIL PENAHAN RASA SAKIT : MENGELUH DI MEDIA SOSIAL OLEH: ROBBI SUNARTO



HANYA PIL PENAHAN RASA SAKIT : MENGELUH DI MEDIA SOSIAL
OLEH: ROBBI SUNARTO

Suatu ketika aku mendapat teguran dari sahabat yang peduli kepadaku, dia menegurku karena terlalu sering mengeluh dimedia sosial, sehingga dia menyuruhku untuk menghentikannya, karena menurutnya mengeluh itu tidak baik bagi hati, malah akan menambah permasalahan yang dihadapi, mendengar nasehat tersebut tentu saja aku mengangguk, karena aku tahu bahwa benar yang dikatakan olehnya. Sehingga akupun berusaha untuk menghentikannya, bisa memang tapi hanya mampu bertahan beberapa hari saja, setelah itu aku kembali melakukannya.
Sungguh bukan bermaksud untuk tidak menjalankan nasehat baiknya, justru sebaliknya sungguh aku justru sangat ingin dan berusaha untuk tidak mengeluh lagi, namun ternyata sungguh tak mudah, sebenarnya aku tidak ingin mencari alasan, namun jujur bahwa sungguh terasa kompleks bagiku masalah yang ku hadapi, terlebih tak ada tempat untuk berbicara. Bukan tak punya teman, hanya saja aku belum menemukan orang yang tepat untuk berbagi, karena aku takut bila ku katakan kepada orang yang tidak tepat, mereka takkan sanggup untuk berbagi masalah yang begitu kompleks tersebut, malah mungkin mereka akan berpikir yang buruk tentangku dan bahkan menyebarkannya. Sehingga ketika aku mengenal media sosial, seakan aku menemukan obat, yaitu tempat berbagi keluhan didunia maya, ampuh memang tapi tak lama, karena memang obat ini hanyalah sebuah pil penahan rasa sakit saja artinya dia hanya menahan rasa sakitnya saja dan itupun sementara, sedangkat sakitnya tetap ada, dan pasti akan kembali datang secara tiba-tiba. berbeda dengan keluhan teman-teman yang lain, keluhanku tak pernah ku ungkapkan realitasnya, aku selalu menyampaikannya dengan kata-kata multi tafsir, sehingga sulit bagi orang lain menebak dengan benar apa sebenarnya yang ku keluhkan, sehingga seringkali menimbulkan beragam tanggapan dan pikiran negative dari orang yang melihatnya. Dan itu adalah resiko, dan aku tetap takkan mengungkapkan realitas yang sebenarnya, biarlah tetap begitu, sampai ada orang yang tepat untukku berbagi suka dan duka kehidupan ini.
Terkadang karena permasalahan yang semakin besar, membuat obat penahan rasa sakit ini tak berefek lagi untukku , malahan membuat permasalahanku semakin besar, sehingga kadang membuatku diluar kendali, tapi untunglah Allah segera membuatku insyaf. Menghadapi  kenyataan ini, tentu saja aku tidak bisa terus-terusan mengandalkan pil penahan rasa sakit ini, aku harus mencari obat yang sebenarnya, obat yang benar-benar bisa menghilangkan, tidak hanya rasanya, tapi juga sakitnya untuk selama lamanya.
Hingga saat ini aku masih berharap menemukan obat itu, dan aku percaya dengan izin Allah aku bisa menemukannya suatu saat nanti.