Senin, 07 April 2014

Sifat Pribadi Minang

Salah satu tujuan adat pada umumnya, adat Minang pada khususnya adalah membentuk individu yang berbudi luhur, manusia yang berbudaya, manusia yang beradab.

Dari manusia-manusia yang beradab itu diharapkan akan melahirkan suatu masyarakat yang aman dan damai, sehingga memungkinkan suatu kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dunia dan akhirat. Suatu Baldatun Toiyibatun wa Rabbun Gafuur. Suatu masyarakat yang aman dan damai dan selalu dalam lindungan Tuhan.
Untuk mencapai masyarakat yang demikian, diperlukan manusia-manusia dengan sifat-sifat dan watak tertentu. Sifat-sifat yang ideal itu menurut adat Minang antaranya sebagai berikut :

1. Hiduik Baraka, baukua jo bajangko;

artinya; hidup berpikir, berukur dan berjangka
Dalam menjalankan hidup dan kehidupan orang Minang dituntut untuk selalu memakai akalnya. Berukur dan berjangka artinya harus mempunyai rencana yang jelas dan perkiraan yang tepat.
Kelebihan manusia dari binatang adalah tiga alat vital yang mempunyai kekuatan besar bila dipakai secara tepat dalam menjalankan hidupnya. Ketiga alat tersebut adalah otak, otot dan hati.
Pengertian peningkatan sumber daya manusia tidak lain dari mengupayakan sinergi ketiga kekuatan itu untuk memperbaiki hidup dan kehidupannya.
Dengan mempergunakan akal pikiran dengan baik, manusia antara lain akan selalu waspada dalam hidup, seperti dalam pepatah berikut :
Dalam mulo akhia mambayang;     ( Dalam awal akhir terbayang)
Dalam baiak kanalah buruak ;         (Dalam baik ingatlah buruk)
Dalam galak tangieh kok tibo;          ( Dalam tawa tangis menghadang)
Hati gadang hutang kok tumbuah; ( Hati riang hutang tumbuh.)
Dengan berpikir jauh kedepan kita dapat meramalkan apa yang bakal terjadi, sehingga tetap selalu waspada;
Alun rabah lah ka ujuang;        (Belum rebah sudah keujung)
Alun pai lah babaliak;                (Belum pergi sudah kembali)
Alun di bali lah bajua;                (Belum dibeli sudah dijual)
Alun dimakan lah taraso;         (Belum dimakan sudah terasa)
Didalam merencanakan sesuatu pekerjaan, dipikirkan lebih dahulu sematang-matangnya dan secermat-cermatnya. Pendek kata dibuat rencana yang mantap dan terinci;
Dihawai sahabih raso;           (Diraba sehabis rasa)
Dikaruak sahabih gauang;   (Dijarah sehabis lobang)
Dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan, perlu dilakukan sesuai dengan urutan prioritas yang sudah direncanakan, seperti kata pepatah :
Mangaji dari alif Mengaji dari alif
Babilang dari aso Berhitung dari satu
Dalam melakukan sesuatu, haruslah mempunyai alasan yang masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan. Jangan asal berbuat tanpa berpikir.
Mancancang balandasan Mencencang berlandasan
Malompek basitumpu Melompat bersitumpu
Dalam melaksanakan suatu tugas bersama, atau dalam suatu organisasi kita tak mungkin berjalan sendiri-sendiri. Salah satu kelemahan orang Minang adalah kebanyakan mereka menderita penyakit “Excessive Individualisme“, penyakit susah diatur, merasa lebih super dari orang lain, karenanya dihinggapi penyakit “pantang taimpik”.
Struktur organisasi dipenghujung abad ke XX ini, baik organisasi pemerintah, angkatan bersenjata, organisasi sosial, maupun organisasi perusahaan mempunyai struktur piramida, lancip ke atas.
Struktur organisasi yang semacam ini, memaksa orang-orang dalam formasi yang berlanggo-langgi, atau bertingkat-tingkat. Ada yang disebut bawahan dan ada atasan, ada yang memerintah dan ada pula yang harus menjalankan perintah. Orang Minang kebanyakan belum dapat menyesuaikan diri dengan pola kemasyarakatan yang baru ini.
Apalagi bila dalam organisasi itu hanya balego awak samo awak. Dalam kondisi yang demikian, akan berlaku pameo “Iyo kan nan kato beliau, tapi lakukan nan diawak”. Inilah agaknya salah satu sebab kenapa dipenghujung abad XX ini orang-orang Minang sudah jarang yang menonjol dipentas nasional.
Kalau ada yang menonjol satu dua, maka yang duduk menjadi bawahannya, mungkin sekali bukan orang Minang. Mari kita koreksi diri kita masing-masing dan mari kita pelajari kembali ajaran adat kita yang berbunyi sbb :
Bajalan ba nan tuo Berjalan dengan yang tua
Balayie ba nakhodo Berlayar ber-nakhoda
Bakata ba nan pandai Berkata dengan yang pandai
Pepatah diatas mengisyaratkan bahwa nenek moyang kita lebih memahami pola organisasi modern dibandingkan kita. Renungkanlah.
Masih bayak diantara kita yang belum punya cita-cita hidup. Tidak tahu apa yang ingin dicapai dalam hidup ini. Namun ada juga yang punya cita-cita , tetapi tidak tahu bagaimana cara yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita itu.
Nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu sudah tahu apa yang ingin dicapainya dalam hidup ini, dan sudah tahu pula cara apa yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita itu. Cobalah kita cermati pepatah berikut :
Nak kayo kuek mancari;         (Ingin kaya, bekerja keraslah)
Nak tuah bertabur urai;         (Ingin tuah, bertabur hartalah)
Nak mulie tapeki janji;            (Ingin mulia, tepati janji)
Nak namo tinggakan jaso;     (Ingin nama, berjasalah)
Nak pandai kuek baraja;         (Ingin pandai, rajinlah belajar)
Salah satu syarat untuk bisa diterima dalam pergaulan ialah bila kita dapat membaca perasaan oang lain secara tepat. Dalam zaman modern hal ini kita kenal dengan ilmu empathi, yaitu dengan mencoba mengandaikan kita sendiri dalam posisi orang lain.
Bila kita berhasil menempatkan diri dalam posisi orang lain, maka tidak mungkin kita akan memaksakan keinginan kita kepada orang lain. Dengan cara ini banyak konflik batin yang dapat dihindari. Pepatah mengajarkan dengan tepat sebagai berikut :
Elok dek awak Yang elok menurut kita
Katuju dek urang (Namun juga) disukai orang lain
Segala sesuatu yang munurut pikiran sendiri adalah baik, belum tentu dianggap baik pula oleh orang lain. Kacamata yang dipakai mungkin sekali berbeda, sehingga pendapatpun berbeda pula. Kepala sama hitam, pikiran berbeda-beda.
Nenek moyang orang Minang, sebelum ilmu manajemen berkembang di tanah air sejak tahun 1950-an yang lalu, telah lama meyakini bahwa “perencanaan yang matang” adalah salah satu unsur yang sangat penting untuk terlaksananya suatu pekerjaan. Pepatah berikut meyakini kita akan kebenarannya :
Balabieh ancak-ancak Berlebihan berarti ria
Bakurang sio-sio Kalau kurang sia-sia
Diagak mangko diagieh Dihitung dulu baru dibagi
Dibaliek mangko dibalah Dibalik dulu baru dibelah
Bayang-bayang sepanjang badan Bayang-bayang sepanjang badan
(Beban jangan lebih dari kemampuan)
Nan babarieh nan dipahek Yang dibaris yang dipahat
Nan baukue nan dikabuang Yang diukur yang dipotong
Jalan nan luruih nan ditampuah Jalan lurus yang ditempuh
Labuah pasa nan dituruik Jalan yang lazim yang dituruti
Di garieh makanan pahat Digaris makanan pahat
Di aie lapehkan tubo Di air lepaskan racun
Tantang sakik lakek ubek Ditempat yang sakit diberi obat
Luruih manantang barieh adat Lurus menentang baris adat

2. Baso basi – malu jo sopan

Adat Minang mengutamakan sopan santun dalam pergaulan. Budi pekerti yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat seseorang. Etika menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap individu Minang.
Adat Minang menyebutkan sebagai berikut :

Nan kuriak iyolah kundi;          Yang burik ialah kundi
Nan merah iyolah sago;           Yang merah ialah sega
Nan baiak iyolah budi;              Yang baik ialah budi
Nan indah iyolah baso;             Yang indah ialah basa (basi)
Kuek rumah dek sandi;              Kuatnya rumah karena sendi
Rusak sandi rumah binaso;     Rusak sendi rumah binasa
Kuek bangso karano budi; Kuatnya bangsa karena budi
Rusak budi bangso binaso;      Rusak budi bangsa binasa

Adat Minang sejak berabad-abad yang lalu telah memastikan, bila moralitas suatu bangsa sudah rusak, maka dapat dipastikan suatu waktu kelak bangsa itu akan binasa. Akan hancur lebur ditelan sejarah.
Adat Minang mengatur dengan jelas tata kesopanan dalam pergaulan. Kita tinggal mengamalkannya. Pepatah menyebutkan sebagai berikut:

Nan tuo dihormati;                          Yang tua dihormati
Nan ketek disayangi;                      Yang kecil disayangi
Samo gadang bawo bakawan;   Sama besar bawa berkawan
Ibu jo bapak diutamakan;             Ibu dan ayah diutamakan

Budi pekerti adalah salah satu sifat yang dinilai tinggi oleh adat Minang. Begitu pula rasa malu dan sopan santun, termasuk sifat-sifat yang diwajibkan dipunyai oleh orang-orang Minang. Pepatah Minang memperingatkan :
  • Dek ribuik rabahlah padi
  • Di cupak Datuak Tumangguang
  • Rarak kaliki dek binalu
  • Tumbuah sarumpun ditapi tabek
  • Hiduik kok tak babudi
  • Duduak tagak kamari cangguang
  • Kalau habih raso jo malu
  • Bak kayu lungga pangabek
  • Karena ribut rebahlah padi
  • Di cupak Datuk Tumenggung
  • Gugur Keliki karena benalu
  • Tumbuh serumpun di tepi tebat
  • Hidup kalau tak berbudi
  • Duduk berdiri serba canggung
  • Kalau habis rasa dan malu
  • Bagaikan kayu longgar pengikat

Kehidupan yang aman dan damai, menjadi idaman Adat Minang. Karena itu selalu diupayakan menghindari kemungkinan timbulnya perselisihan dalam pergaulan. Budi pekerti yang baik, sopan santun (basa basi) dalam pergaulan sehari-hari diyakini akan menjauhkan kita dari kemungkinan timbulnya sengketa. Budi perkerti yang baik akan selalu dikenang orang, kendatipun sudah putih tulang di dalam tanah.
Pepatah menyebutkan sbb:
  • Pucuak pauah sadang tajelo
  • Panjuluak bungo linggundi
  • Nak jauah silang sangketo
  • Pahaluih baso jo basi
  • Pulau pandan jauah ditangah
  • Dibaliak pulau angso duo
  • Hancua badan di kanduang tanah
  • Budi baiak takana juo
  • Nak urang koto ilalang
  • Nak lalu ka pakan baso
  • Malu jo sopan kok lah ilang
  • Habihlah raso jo pareso
  • Pucuk pauh sedang terjela
  • Penjuluk bunga linggundi
  • Supaya jauh silang sengketa
  • Perhalus basa basi (budi pekerti)
  • Pulau pandan jauh di tengah
  • Dibalik pulau angsa dua
  • Hancur badan dikandung tanah
  • Budi baik terkenang juga
  • Anak orang koto Hilalang
  • Mau lewat ke pekan Baso
  • Malu dan sopan kalau sudah hilang
  • Habislah rasa dan periksa

3. Tenggang raso

Perasaan manusia halus dan sangat peka. Tersinggung sedikit dia akan terluka, perih dan pedih. Pergaulan yang baik, adalah pergaulan yang dapat menjaga perasaan orang lain. Kalau sampai perasaan terluka, bisa membawa bencana. Karena itu adat mengajarkan supaya kita selalu berhati-hati dalam pergaulan, baik dalam ucapan, tingkah laku maupun perbuatan jangan sampai menyinggung perasaan orang lain. Tenggang rasa salah satu sifat yang dianjurkan adat.
Pepatah memperingatkan sebagai berikut :
  • Bajalan paliharo kaki
  • Bakato paliharo lidah
  • Kaki tataruang inai padahannyo
  • Lidah tataruang ameh padahannyo
  • Bajalan salangkah madok suruik
  • Kato sapatah dipikian
  • Berjalan pelihara kaki
  • Berkata pelihara lidah
  • Lidah tertarung emas imbuhannya
  • Berjalan selangkah, lihat kebelakang
  • Kata sepatah dipikirkan

Nan elok dek awak katuju dek urang
Lamak dek awak lamak dek urang
Sakik dek awak sakik dek urang
artinya :
Yang baik menurut kita, harus juga disukai orang lain
Yang enak menurut kita, harus juga enak menurut orang
Kalau sakit bagi kita, sakit pula bagi orang

4. Setia (loyal)


Yang dimaksud dengan setia adalah teguh hati, merasa senasib dan menyatu dalam lingkungan kekerabatan. Sifat ini menjadi sumber dari lahirnya sifat setia kawan, cinta kampung halaman, cinta tanah air, dan cinta bangsa. Dari sini pula berawal sikap saling membantu, saling membela dan saling berkorban untuk sesama.
Pepatah menyebutkan sbb:
  • Malompek samo patah
  • Manyarunduak samo bungkuak
  • Tatungkuik samo makan tanah
  • Tatalantang samo minun aia
  • Tarandam samo basah
  • Rasok aia pulang ka aia
  • Rasok minyak pulang ka minyak
  • Melompat sama patah
  • Menyerunduk sama bungkuk
  • Tertelungkup sama makan tanah
  • Tertelantang sama minun air
  • Terendam sama basah
  • Resapan air kembali ke air
  • Resapan minyak kembali ke minyak
Bila terjadi suatu konflik, dan orang Minang terpaksa harus memilih, maka orang Minang akan memihak pada dunsanaknya. Dalam kondisi semacam ini, orang Minang sama fanatiknya dengan orang Inggris. Right or wrong is my country. Kendatipun orang Minang “barajo ka nan bana”, dalam situasi harus memihak seperti ini, orang Minang akan melepaskan prinsip.
Pepatah adat mengajarkan sbb:
  • Adat badunsanak, dunsanak patahankan.
  • Adat bakampuang, kampuang patahankan.
  • Adat banagari, nagari patahankan.
  • Adat babangso, bangso patahankan.
Artinya :
  • Adat bersaudara, saudara dipertahankan
  • Adat berkampung, kampung dipertahankan
  • Adat bernegeri, negeri dipertahankan
  • Adat berbangsa, bangsa dipertahankan
  • Parang ba suku samo dilipek
  • Parang samun samo dihadapi
Artinya;
  • Perang antar suku sama disimpan
  • Perang terhadap penjahat sama dihadapi

Dengan sifat setia dan loyal semacam ini, pengusaha Minang sebenarnya lebih dapat diandalkan menghadapi era globalisasi, karena kadar nasionalismenya tidak perlu diragukan.

5. Adil


Adil maksudnya mengambil langkah sikap yang tidak berat sebelah, dan berpegang teguh pada kebenaran. Bersikap adil semacam ini, sangat sulit dilaksanakan bila berhadapan dengan dunsanak sendiri. Satu dan lain hal karena adanya pepatah adat yang lain yang berbunyi “Adat dunsanak, dunsanak dipatahankan”.
Adat Minang mengajarkan sbb :
Maukua samo panjang.
Tibo dimato indak dipiciangkan.
Tibo diparuik indak dikampihkan.
Tibo didado indak dibusuangkan.

  • Mandapek samo balabo.
  • Kahilangan samo marugi.
  • Maukua samo panjang.
  • Mambilai samo laweh.
  • Baragiah samo banyak.
  • Bakati samo barek.
  • Gadang kayu gadang bahannyo.
  • Kecil kayu kecil bahannya (andilnya)
  • Nan ado samo dimakan.
  • Nan indak samo dicari.
  • Hati gajah samo dilapah.
  • Hati tungau samo dicacah.
  • Gadang agiah baumpuak.
  • Ketek agiah bacacah.

(Kata-kata “dimata,diperut, didada dalam hal ini artinya bila masalah itu menyangkut dunsanak kita sendiri).

6. Hemat Cermat

Pepatah adat menyebutkan sbb:
Manusia
  • Nan buto pahambuih saluang
  • Nan pakak palapeh badia
  • Nan patah pangajuik ayam
  • Nan lumpuah paunyi rumah
  • Nan binguang kadisuruah-suruah
  • Nan buruak palawan karajo
  • Nan kuek paangkuik baban
  • Nan tinggi jadi panjuluak
  • Nan randah panyaruduak
  • Nan pandai tampek batanyo
  • Nan cadiak bakeh baiyo
  • Nan kayo tampek batenggang
  • Nan rancak palawan dunia

Tanah
  • Nan lereng tanami padi
  • Nan tunggang tanami bambu
  • Nan gurun jadikan parak
  • Nan bancah jadikan sawah
  • Nan padek ka parumahan
  • Nan munggu jadikan pandam
  • Nan gauang ka tabek ikan
  • Nan padang tampek gubalo
  • Nan lacah kubangan kabau
  • Nan rawan ranangan itiak
Kayu
  • Nan kuek ka tunggak tuo
  • Nan luruih ka rasuak paran
  • Nan lantiak ka bubungan
  • Nan bungkuak ka tangkai bajak
  • Nan ketek ka tangkai sapu
  • Nan satampok ka papan tuai
  • Rantiangnyo ka pasak suntiang
  • Abunyo pamupuak padi

Bambu
  • Nan panjang ka pambuluah
    Nan pendek ka parian
    Nan rabuang ka panggulai
Sagu
  • Sagunyo ka baka huma
    Ruyuangnyo ka tangkai bajak
    Ijuaknyo ka atok rumah
    Pucuaknyo ka daun paisok
    Lidinyo ka jadi sapu

7. Waspada


Sifat waspada dan siaga termasuk sifat yang dianjurkan adat Minang seperti sbb :
  • Maminteh sabalun anyuik .
    Malantai sabalun lapuak .
    Ingek-ingek sabalun kanai .
  • Sio-sio nagari alah .
    Sio-sio utang tumbuah .
  • Siang dicaliak-caliak .
    Malam didanga-danga .

8. Berani karena benar

Islam mengajarkan kita untuk mengamalkan “‘amar ma’ruf, nahi munkar” yang artinya menganjurkan orang supaya berbuat baik, dan mencegah orang berbuat kemungkaran.
Menyuruh orang berbuat baik adalah mudah. Tapi melarang orang berbuat mungkar, mengandung resiko sangat tinggi. Bisa-bisa nyawa menjadi taruhan. Untuk bertindak menghadang kemungkaran seperti ini, memerlukan keberanian.
Adat Minang dengan tegas menyatakan bahwa orang Minang harus punya keberanian untuk menegakkan kebenaran. Berani karena benar. Pepatahnya adalah sbb :
Kok dianjak urang pasupadan Kalau dipindahkan orang pematang
Kok dialiah urang kato pusako .
Kok dirubah urang Kato Daulu
Jan cameh nyawo malayang
Jan takuik darah taserak
Asakan lai dalam kabanaran
Basilang tombak dalam parang
Sabalun aja bapantang mati
Baribu sabab mananti
Namun mati hanyo sakali
Aso hilang duo tabilang
Bapantang suruik di jalan
Asa lai angok-angok ikan
Asa lai jiwo-jiwo sipatuang
Namun nan bana disabuik juo
Sekali kato rang lalu
Anggap angin lalu sajo
Duo kali kato rang lalu
Anggap garah samo gadang
Tigo kali kato rang lalu
Jan takuik darah taserak

9. Arif bijaksano, tanggap dan sabar


Orang yang arif bijaksana, adalah orang yang dapat memahami pandangan orang lain. Dapat mengerti apa yang tersurat dan yang tersirat. Tanggap artinya mampu menangkis setiap bahaya yang bakal datang. Sabar artinya mampu menerima segala cobaan dengan dada yang lapang dan mampu mencarikan jalan keluar dengan pikiran yang jernih.
Ketiga sifat ini termasuk yang dinilai tinggi dalam adat Minang, seperti kata pepatah berikut :

Tahu dikilek baliuang nan ka kaki .
Kilek camin nan ka muka .
Tahu jo gabak diulu tando ka ujan
Cewang di langik tando ka paneh
Ingek di rantiang ka mancucuak
Tahu didahan ka maimpok
Tahu diunak kamanyangkuik
Pandai maminteh sabalun anyuik

Begitulah adat Minang menggambarkan orang-orang yang arif bijaksana dan tanggap terhadap masalah yang akan dihadapi. Orang-orang yang sabar diibaratkan oleh pepatah sbb:
Gunuang biaso timbunan kabuik
Lurah biaso timbunan aia
Lakuak biaso timbunan sarok
Lauik biaso timbunan ombak
Nan hitam tahan tapo
Nan putiah tahan sasah
Di sasah bahabih aia
Dikikih bahabih basi

10. Rajin


Sifat yang lain yang pantas dipunyai orang Minang menurut adat adalah rajin seperti kata pepatah berikut ini :

Kok duduak marawuik ranjau
Tagak maninjau jarah
Nak kayo kuek mancari)
Nak pandai kuek baraja

11. Rendah hati

Mungkin lebih dari separoh orang Minang hidup dirantau. Hidup dirantau artinya hidup sebagai minoritas dalam lingkungan mayoritas suku bangsa lain. Mereka yang merantau ke Jakarta, mungkin kurang merasakan sebagai kelompok minoritas.Tapi mereka yang merantau ke Bandung, Semarang, Malaysia, Australia, Eropa, Amerika mereka hidup ditengah-tengah orang lain yang berbudaya lain. Bagaimana perantau Minang harus bersikap ?
Adat Minang memberi pedoman sbb:
Kok manyauak di hilie-hilie .
Kok mangecek dibawah-bawah
Tibo dikandang kambiang mangembek
Tibo dikandang kabau manguak
Dimano langik dijunjuang
Disinan bumi dipijak
Disitu rantiang di patah
Ini berarti sebagai perantau yang hidup dalam lingkungan budaya lain, maka kita sebagai kelompok yang minoritas harus tahu diri dan pandai menempatkan diri. Baris pertama diatas tidak berarti kita harus merasa rendah diri, tetapi justru berarti kita orang yang tahu diri sebagai pendatang.
Bila dalam beberapa saat kita bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, malah bisa jadi orang teladan dan tokoh masyarakat dilingkungan baru. Pada saat itu dia tidak perlu lagi “manyauak di hilie-hilie” malah mungkin menjadi “disauakkan dihulu-hulu”, didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, diangkat menjadi pemimpin bagaikan penghulu dilingkungannya.
Disadur dari : Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang