Minggu, 07 Juli 2013

CERPEN

SARTONO BURUH KONTRAK

Dengan begitu semangatnya sartono berangkat kepabrik, tak lupa dia pamitan sama istri dan anak-anaknya” bapak berangkat dulu ya ” ya pak, hati-hati “jawab istri dan anak-anaknya. Dengan cita-cita membahagiakan istri dan anak-anaknya, sartonopun begitu giat dan semangat bekerja, dan dia sering berkata dalam hati “karena aku buruh kontrak aku harus sungguh-sungguh bekerja, mudah-mudahan diperperpanjang lagi kontrak kerjaku, sehingga tak seperti paijo yang tidak dilanjutkan kontrak kerjanya.
Setelah selesai kerja, sartonopun pulang dengan wajah penuh senyuman, istri dan anak-anaknya telah menanti kedatangannya, assalamualaikum, wa’alaikum Salam jawab istrinya “hore bapak pulang, sambut anak-anaknya” melihat sambutan anaknya yang begitu riang, sartono dan istrinya pun tersenyum.
Anak-anak mereka sudah tertidur pulas, tinggallah sartono dan rukmini istrinya. Disaat seperti inilah wajah kehidupan mereka yang sesungguhnya terbuka. Ternyata ada kepiluan dibalik senyuman yang mereka selalu perlihatkan didepan anak-anaknya. Pak, persedian beras kita sudah menipis, retno mau masuk sekolah SD, ibu sudah banyak utang, tak ada lagi tempat untuk mengutang, tiap hari ibu bingung, buk atik, dan koperasi datang terus kerumah, tadi aja ibuk terpaksa sembunyi, karena gak ada uang untuk nyicil hutang. Mendengar keluh kesah istrinya sartonopun berkata “sabar ya buk, sabar, mudah-mudahan gusti Allah memberikan jalan. Tapi pak ibu sudah tidak sanggup lagi terus sembunyi setiap kali buk atik dan koperasi datang, sanggah rukmini. Ya buk “ sabar ya buk tiga hari lagi bapak gajian”, ya tapi pak, tapi apa buk, tanya sartono, kalo rukmini boleh jujur, coba bapak pikir berapa makan kita sehari hari, bayar listrik bayar cicilan rumah, belum lagi jajan retno dan alif, gak cukup pak dengan gaji segitu untuk kehidupan sehari-hari kita. Mendengar itu sartonopun membenarkannya “ ya gimana lagi buk, sudah takdir, gaji buruh ya memang segitu, gaji bapak tu saja sudah sesuai UMR, banyak kawan bapak malah gajinya dibawah UMR, ya beginilah nasib jadi buruh buk, ini saja bapak sudah bersyukur sebagai buruh kontrak masih diperpanjang, sedangkan paijo dan beberapa kawan bapak yang lain tidak diperpanjang kontraknya, sekarang bapak tak tau entah apa kerja mereka sekarang. Udah buk kita berdo’a dan pasrahkan saja kepada gusti Allah mudah-mudahan gusti Allah memberikan jalan kepada kita, ya pak. Setelah menyampaikan keluh kesahnya, rukminipun merasa sedikit lega, walaupun sebenarnya hatinya masih terasa susah.
Tak terasa tiga hari sudah berlalu sejak rukmini berkeluh kesah sehingga hari yang dinanti oleh keluarga sartono pun tiba, bukan hanya sartono, hari ini juga hari kebahagian buat keluarga buruh pabrik lainnya. tidak besar memang gaji mereka dibandingkan buruh dinegara lain, ya standar gaji buruh Indonesia sangat rendah, bahkan lebih rendah dari pada china, ya itulah salah satu keunggulan bila investasi di Indonesia yang digaung-gaungkan oleh pemerintah, investasilah di negeri kami, gaji buruh kami sangatlah rendah. sartono sudah tidak sabar untuk ke ATM mengambil gajinya. Sehingga setelah selesai kerja diapun langsung bergegas ke ATM. Setelah keluar uang gajinya dari ATM, Alhamdulillah” sambut syukur sartono kepada Allah”.
Setelah mengambil gajinya sartonopun membeli kue untuk istri dan anak-anaknya. sesampainya dirumah, seperti biasa Salam dari bapaknya, disambut dengan begitu riang oleh anak-anaknya, dan bertambah riang ketika retno dan alif melihat bapaknya membawa kue. Siapa yang mau kue “tanya bapaknya” saya, jawab anak-anaknya “ hore bapak bawa kue”.

Capek pak tanya rukmini, Alhamdulillah gak buk, ni buk gaji bapak, belilah beras dan sebagian untuk bayar utang. setelah rukmini menghitungnya, tapi pak ini gak cukup pak. Udah buk nanti bapak coba cari pinjaman. Begitulah setiap kali gajian datang, meskipun gembira telah gajian, namun tetap saja tak bisa menyelesaikan masalah.
Anak-anak dan istrinya sudah tidur, sedangkan sartono masih menonton TV. Saat menonton dia terpikir tentang kemana harus mencari uang, sehingga dalam hati dia bertanya, ya Allah apa yang harus aku lakukan, kemana aku harus mencari uang untuk biaya masuk sekolah anakku, kemana lagi aku harus meminjam, sedangkan aku sudah banyak berhutang kepada kawan-kawanku. Ternyata selain istrinya, sartono juga memiliki hutang yang banyak, tapi dia tak pernah mengatakan kepada istrinya, gali lobang-tutup lobang, begitulah kehidupan yang sartono jalani. Malam itupun berlalu tanpa ada solusi dalam masalah yang dihadapinya.
Bulan-demi bulan berlalu, dengan meminjam kesana-sini, akhirnya retno pun sudah masuk sekolah . namun hari ini berbeda dari hari-hari sebelumnya yang selalu dia coba lewati dengan senyuman, namun hari ini dia tak bisa menyembunyikan apa yang dia rasakan. Hari ini hati sartono begitu gelisah tak menentu, karena sebagai buruh kontrak ada masa habis kontraknya, dan hari inilah masa habisnya. Dia berharap kontrak kerjanya diperpanjang, dan diapun dipanggil oleh atasanya, lalu dia diberikan surat, bosnya menyuruh sartono membaca suratnya. Sartono silahkan dibaca suratnya, ya pak jawab sartono. Setelah dia baca ternyata isi suratnya adalah surat keterangan tidak memperpanjang kontraknya. Bosnyapun berkata, terima kasih sartono telah bekerja dengan baik dipabrik ini, begitulah nikmatnya bagi perusahaan dengan adanya kebijakan buruh kontrak, tanpa ada perasaan sedih, ataupun permintaan maaf dari perusahaan, meskipun perusahaan untung ataupun rugi, semuanya sama saja, karena memang sudah menjadi aturan bagi seorang buruh kontrak dan itu menjadi hak perusahaan menentukan apakah memperpanjang kontrak buruhnya atau tidak.
Sartono begitu bingung, apa yang harus dia katakan kepada istrinya, hatinya begitu berkecamuk” haruskah aku sampaikan yang sebenarnya, atau lebih baik aku berbohong saja”, akhirnya ia memutuskan jujur kepada istrinya, inikan sudah takdir dan dan jikapun aku menyampaikan yang sebenarnya tidak terlalu banyak mudharatnya, ya lebih baik aku jujur saja sama rukmini, setelah itu aku cari kerja lain.
Sesampainya dirumah, suasananya berbeda, kecuali sambutan anak-anaknya yang masih riang seperti biasa. Istrinya bertanya, ada apa pak, kok wajahnya muram begitu, gak ada apa-apa buk jawab sartono, bapak jangan bohong, pasti bapak ada masalah, gak ada apa-apa buk, bantah sartono dengan lembut. Ya sudah, bapak pergilah mandi dulu, biar rukmini siapkan makanannya, iya buk bapak memang sudah  gerah dan perut bapakpun sudah bernyanyi dengan judul lapar-lapar, mendengar itu rukminipun tertawa, hehe, bapak ada-ada saja. Setelah selesai mandi dan makan tak beberapa lama setelah itu retno dan alifpun tertidur. Disaat itulah sartono menyampaikan pada rukmini kalo kontraknya tak diperpanjang oleh perusahaan. Buk, bapak mau ngomong sesuatu, ngomong saja pak, kok pake minta ijin segala, jawab rukmini. Gini buk tadi bapak dapat surat dari atasan bahwa kontrak kerja bapak tidak diperpanjang. Astaghfirullah jawab rukmini terkejut, jadi gimana pak nasib kita, hutang kita masih banyak, bagaimana biaya hidup kita sehari-hari, insyaAllah bu bapak akan cari pekerjaan lain, ibu yang sabar ya, mudah-mudahan secepatnya bapak bisa dapat kerja yang lain. ya pak rukmini do’akan semoga bapak bisa segera dapat pekerjaan yang lain. mungkin ini ujian dari Allah untuk kita, mudah-mudahan kita bisa lolos dari ujian ini, bapak yang sabar ya. Ya buk jawab sartono.
Memang susah cari pekerjaan sekarang, kata-kata itu terlontar dari mulut sartono yang telah beberapa hari pergi mencari pekerjaan. Dirumah rukmini selalu mengeluh tentang kedatangan buk atik dan koperasi yang meminta pembayaran hutang dan untuk kebutuhan makan sehari-hari. Akhirnya karena banyaknya hutang rukmini dan hutangnya sartono, akhirnya sartono mengusulkan. buk bapak sudah berusaha mencari pekerjaan kemana-mana, tapi sampai sekarang belum juga dapat buk, sedangkan orang selalu menagih hutang kepada kita, ditambah untuk biaya hidup sehari-hari saja sulit sekarang. Gimana kalo kita jual aja rumah kita ini buk? Jual, apakah tidak ada lagi cara lain pak, selama ini kitakan selalu ngontrak, baru kali ini kita mencoba memiliki rumah, sekarang malah mau dijual. Ya gimana lagi buk, ibu kan tau setiap hari bu atik dan koperasi selalu datang, sedangkan bapak belum dapat pekerjaan, dan sebenarnya buk, bukan hanya ibu saja yang punya hutang, bapak pun juga punya hutang, memang betul buk, dengan gaji bapak sebagai buruh pabrik, memang tidak cukup, jadi selama ini untuk bayar cicilan rumah, dan bayar cicilan motor, bapak terpaksa ngutang kepada kawan-kawan bapak, dan karena bapak sudah tidak diperpanjang lagi kontrak kerjanya, kini mereka selalu menagih kepada bapak. Mendengar cerita suaminya itu, rukminipun menangis, ya Allah ampunilah kami, mungkin karena begitu banyak dosa kami, ya Allah cukuplah didunia ini saja kami menderita. Ya sudah pak, gak pa pa, ini sudah takdir kita menjadi keluarga yang selalu ngontrak, mudah-mudahan anak-anak kita tidak seperti kita nantinya, kita usahakan mereka untuk bisa sekolah setinggi-tingginya. Ya buk, insyaAllah nasib anak kita, tidak akan seperti kita, insyaAllah buk, bapak akan berusaha menyekolahkan retno dan alif setinggi-tingginnya. Ya pak insyaAllah. Kalo rumah kita dijual pak, lalu kita pergi kemana “ tanya rukmini”.? Kita pulang kampung buk jawab sartono. Nanti apa kata orang kampung sama kita pak, apa kita takkan malu pak? Sudah buk kita jujur saja apa adanya, inikan memang nasib kita. Ya sudah pak, secepatnya ibu akan beres-beres dan mengurus surat-surat kepindahan kita dan retno.
Akhirnya setelah beberapa hari sartono mencari orang yang mau membeli rumahnya, ada juga yang bersedia membeli rumahnya yang masih dalam tahap kredit. Sartonopun menjualnya dibawah harga yang telah dibayarnya selama ini. dan diapun membayar hutang-hutangnya dan hutang-hutang istrinya. Setelah masalah utang selesai, merekapun pulang kampung.

Nama                   : Robbi Sunarto
TTL                     : Lahat, Sumatera Selatan/ 18-Mei-1991
Pekerjaan            : Mahasiswa Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi UNRI
Alamat                : Jalan Sepakat Kulim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar